Kartu Identitas Muslim yang Membanggakan
Setelah putranya memperkenal Islam, sang ibu mengganti Bibel yang biasa dibacanya dengan Al-Quran. Ia pun bangga bisa menjadi Muslim
Hidayatullah.com--Nama saya Fathima Lienberg, seorang wanita kulit putih yang memeluk Islam pada tahun 1995. Saya sangat bangga bisa mengatakan: Saya seorang Muslim! Saya masuk Islam bukan karena putra saya. Bagi saya itu adalah perjuangan yang panjang dan berat, karena harus mengorbankan pekerjaan, teman, dan keluarga.
Sebelum memeluk Islam, saya adalah seorang Kristen yang sangat taat, pengikut Gereja Pantekosta. Saya biasa memungut anak-anak jalanan lalu membawa mereka ke gereja dan sekolah minggu. Kehidupan saya hanya berkutat seputar membaca dan mempelajari Bibel. Hingga satu hari, anak laki-laki saya bercerita tentang Islam.
Suatu hari, ia datang dan berkata, "Ibu, mengapa ibu tidak menjadi seorang Muslim saja?"
Saya sangat terkejut sekali mendengarnya dan langsung mengatakan, "Tidak akan pernah."
Lalu putra saya berkata, "Ibu, Islam itu agama yang murni dan bersih. Mereka shalat lima kali sehari."
Saya kemudian memutuskan akan membaca buku-buku dan terjemahan Al-Quran. Semakin saya baca Al-Quran, semakin saya yakin Islam adalah agama yang tepat untuk saya. Saya pun berpaling ke Allah, dan akhirnya menemukan kedamaian dan ketenangan.
Saya menyembunyikan tentang keislaman ini dari keluarga, hingga satu hari saya putuskan untuk menelepon saudara laki-laki saya.
Ia sangat terkejut, karena kami adalah keluarga Kristen yang sangat taat dan alim. Saya adalah satu-satunya yang pindah memeluk Islam. Keluarga menelepon dan mengatakan agar saya tidak perlu menghubungi mereka lagi, karena saya bukan lagi bagian dari keluarga. Saya sangat mencintai mereka dan merindukannya, tapi saya tahu satu saat pasti akan bertemu kembali. Insya Allah.
Saya sangat gembira ketika mendapatkan 'kartu identitas Muslim', rasanya seperti berdiri di atas atap tertinggi dan berteriak, "Saya seorang Muslim." Saya kehilangan keluarga, tapi saya memperoleh keluarga baru dalam Islam.
Keluarga saya, umat Islam, sangat mengagumkan. Saya sulit untuk mengungkapkannya. Saya ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada keluarga Fakhruddin. Saya mencintai kalian, yang telah memperlakukan saya layaknya keluarga sendiri. Semoga Allah membalas semua kebaikan kalian.
Semoga Allah membalas kebaikan Appa Tasneem. Ketika saya berada di Madrasahmu bersama anak-anak kecil, rasanya seperti dikelilingi malaikat kecil di surga. Saya sangat gembira, karena Allah Ta'ala memilih saya untuk menjadi seorang Muslim.
Saya langsung memakai hijab begitu memeluk Islam, dan tidak akan pernah menanggalkannya. Harapan saya hanyalah bisa pergi ke Mekah, meskipun saya ragu apakah mungkin bisa. Tapi insya Allah, satu hari Allah akan memampukan saya pergi ke sana. Setiap kali saya ingin dekat dengan Allah, maka saya melakukan sunnah-sunnah yang diajarkan Nabi kita tercinta Shalallahu Alaihi Wasallam.
Kertas-kertas tidak akan cukup untuk menceritakan apa yang ingin saya ungkapkan tentang Islam. Saya berterima kasih pada keluarga Kazi, dan para ulama di Jamiatul Ulama serta saudara kita Ahmad Deedat.
Islam adalah pedoman hidup. Islam artinya kedamaian dan Muslim adalah orang yang mencari kedamaian dengan cara beribadah pada Allah Ta'ala.
Bukanlah hal yang mudah bagi saya, seorang wanita Muslim kulit putih yang hidup di antara umat Kristen. Tapi, saya tegakkan kepala ini dan sangat bangga menjadi seorang Muslim. Jadi saudara-saudaraku semua yang dilahirkan sebagai Muslim, namun belum menjadi Muslim yang taat, maka masih ada kesempatan. Mulailah sejak esok atau mungkin malam ini, tegakkanlah kepala-kepala kalian dan tunjukkan pada dunia, bahwa kalian bangga menjadi orang Muslim. [di/is/www.hidayatullah.com]
Hidayatullah.com--Nama saya Fathima Lienberg, seorang wanita kulit putih yang memeluk Islam pada tahun 1995. Saya sangat bangga bisa mengatakan: Saya seorang Muslim! Saya masuk Islam bukan karena putra saya. Bagi saya itu adalah perjuangan yang panjang dan berat, karena harus mengorbankan pekerjaan, teman, dan keluarga.
Sebelum memeluk Islam, saya adalah seorang Kristen yang sangat taat, pengikut Gereja Pantekosta. Saya biasa memungut anak-anak jalanan lalu membawa mereka ke gereja dan sekolah minggu. Kehidupan saya hanya berkutat seputar membaca dan mempelajari Bibel. Hingga satu hari, anak laki-laki saya bercerita tentang Islam.
Suatu hari, ia datang dan berkata, "Ibu, mengapa ibu tidak menjadi seorang Muslim saja?"
Saya sangat terkejut sekali mendengarnya dan langsung mengatakan, "Tidak akan pernah."
Lalu putra saya berkata, "Ibu, Islam itu agama yang murni dan bersih. Mereka shalat lima kali sehari."
Saya kemudian memutuskan akan membaca buku-buku dan terjemahan Al-Quran. Semakin saya baca Al-Quran, semakin saya yakin Islam adalah agama yang tepat untuk saya. Saya pun berpaling ke Allah, dan akhirnya menemukan kedamaian dan ketenangan.
Saya menyembunyikan tentang keislaman ini dari keluarga, hingga satu hari saya putuskan untuk menelepon saudara laki-laki saya.
Ia sangat terkejut, karena kami adalah keluarga Kristen yang sangat taat dan alim. Saya adalah satu-satunya yang pindah memeluk Islam. Keluarga menelepon dan mengatakan agar saya tidak perlu menghubungi mereka lagi, karena saya bukan lagi bagian dari keluarga. Saya sangat mencintai mereka dan merindukannya, tapi saya tahu satu saat pasti akan bertemu kembali. Insya Allah.
Saya sangat gembira ketika mendapatkan 'kartu identitas Muslim', rasanya seperti berdiri di atas atap tertinggi dan berteriak, "Saya seorang Muslim." Saya kehilangan keluarga, tapi saya memperoleh keluarga baru dalam Islam.
Keluarga saya, umat Islam, sangat mengagumkan. Saya sulit untuk mengungkapkannya. Saya ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada keluarga Fakhruddin. Saya mencintai kalian, yang telah memperlakukan saya layaknya keluarga sendiri. Semoga Allah membalas semua kebaikan kalian.
Semoga Allah membalas kebaikan Appa Tasneem. Ketika saya berada di Madrasahmu bersama anak-anak kecil, rasanya seperti dikelilingi malaikat kecil di surga. Saya sangat gembira, karena Allah Ta'ala memilih saya untuk menjadi seorang Muslim.
Saya langsung memakai hijab begitu memeluk Islam, dan tidak akan pernah menanggalkannya. Harapan saya hanyalah bisa pergi ke Mekah, meskipun saya ragu apakah mungkin bisa. Tapi insya Allah, satu hari Allah akan memampukan saya pergi ke sana. Setiap kali saya ingin dekat dengan Allah, maka saya melakukan sunnah-sunnah yang diajarkan Nabi kita tercinta Shalallahu Alaihi Wasallam.
Kertas-kertas tidak akan cukup untuk menceritakan apa yang ingin saya ungkapkan tentang Islam. Saya berterima kasih pada keluarga Kazi, dan para ulama di Jamiatul Ulama serta saudara kita Ahmad Deedat.
Islam adalah pedoman hidup. Islam artinya kedamaian dan Muslim adalah orang yang mencari kedamaian dengan cara beribadah pada Allah Ta'ala.
Bukanlah hal yang mudah bagi saya, seorang wanita Muslim kulit putih yang hidup di antara umat Kristen. Tapi, saya tegakkan kepala ini dan sangat bangga menjadi seorang Muslim. Jadi saudara-saudaraku semua yang dilahirkan sebagai Muslim, namun belum menjadi Muslim yang taat, maka masih ada kesempatan. Mulailah sejak esok atau mungkin malam ini, tegakkanlah kepala-kepala kalian dan tunjukkan pada dunia, bahwa kalian bangga menjadi orang Muslim. [di/is/www.hidayatullah.com]
Post a Comment